
Selasa, 14 Januari 2025, 21 sekolah SD/MI Muhammadiyah berangkat menuju Thailand. Pukul 19.40 wib dengan maskapai Scoot Airlines. kami take off dari bandara Internasional Juanda. Transit di bandara Changi Singapura pukul 23.00 wib dan melanjutkan penerbangan menuju Thailand pukul 06.40 waktu Singapura dengan maskapai yang sama. Pukul 08.15 waktu Thailand, pesawat landing di bandara Internasional Suvarnabhumi Bangkok Thailand. Sepanjang perjalan menuju hotel, saya mengamati kondisi Bangkok. Selayaknya ibukota negara, Bangkok dilengkapi dengan bangunan- bangunan modern dan hotel – hotel. Hal ini dapat dipahami karena Thailand mencanangkan diri sebagai negara dengan devisa dari kegiatan pariwisatanya. Bangkok tampak bersih, tidak ada sampah berserakan walaupun jarang tersedia tong sampah. Di sisi lain, ada kesenjangan sosial di Bangkok. Masih ada pemukiman-pemukiman kumuh ditengah megahnya kota. Tempat tinggal masyarakat Bangkok kebanyakan di aparteman karena sempitnya lahan untuk perumahan.
Kamis, 16 Januari 2025, pukul 09.00 waktu Thailand kami berkunjung ke Masohhatudden School. Sekolah ini lebih mengarah pada sistem pondok pesantren. Santri di pondok pesantren Masohhattuden berjumlah 500 dan semuanya laki-laki belum dibuka kelas untuk perempuan. Usia pondok pesantren ini hampir 100 tahun. Mayoritas penduduk Thailand beragama Budha, tetapi mereka menghormati umat agama lain. Pemerintah tidak melarang berdirinya tempat ibadah maupun sekolah agama seperti pondok pesantren Masohattuden. Ponpes ini berdiri dengan swadaya wali santri dan para donatur tanpa bantuan pemerintah.
Kami diterima dengan sambutan hangat oleh pimpinan dan santri pesantren. Mereka berpakaian khas pesantren yaitu gamis putih sarung dsan songkok. Kami dipersilahkan masuk ke ruang pertemuan yang dihiasi dengan kitab – kitab klasik. Acara diawali dengan pemutaran profil sekolah. Hidangan kue dan minuman disuguhkan pada para tamu sembari menyimak informasi mengenai sekolah tersebut.
Tepat pukul 09.30 waktu Thailand, acara remi demulai dengan sambutan dari Umar Khadam bin Zainul Abidin, generasi keempat pemilik pesantren. Beliau mengungkapkan rasa syukur dan bahagia atas kedatangan tamu sesama muslim. “Kami memang minoritas di Thailand ini. Pesantren ini berdiri dengan swadaya tetapi pemerintah tidak melarang sehingga perjalan kami mendidik santri tidak mengalami hambatan. Kami berharap lulusan dari pesantren ini dapat menyebarkan ilmunya di masyarakat,” ujarnya. Sementara itu Nanang Raoful Akbar, M.Pd memperkenalkan rombongan yang datang adalah para kepala sekolah dasar Muhammadiyah kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Indonesia. “Maksud kedatangan kami adalah menjalin tali silaturrahim sesama muslim sebagaimana surat al Hujurat ayat 13,” ucapnya. Nanang berharap kedatangan ini dapat membawa inspirasi bagi kedua belah pihak, maka dilakukan kerja sama dengan penandatanganan dokumen (Agreement of Partneship/AOP).
Sambutan selanjutnya disampaikan oleh Muhammad Kohar, S.Sos., M.Si. Beliau menyampaikan perkembangan sekolah dan pesantren di Indonesia. “Saat ini pondok pesantren Muhammadiyah di Indonesia mencapai 444. Pendidikan pesantren sangat relevan dengan tantangan zaman. Perpaduan pendidikan agama dan pendidikan umum adalah hal penting untuk diterapkan di pesantren seperti yang diajarkan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, ” jelasnya.
Acara ditutup dengan tan ya jawab dan penandatanganan AOP oleh para kepala sekolah sebagai wujud kerja sama antara kedua belah pihak. [Nana]
Leave us a Reply