Beberapa kali kami mendengar pengakuan orang tua, bahwa dirinya merasa senang terhadap anaknya yang memiliki kelebihan tersendiri bila dibanding dengan teman-temannya, yaitu anaknya bisa melihat jin, meminta bantuan kepadanya, mengetahui keberadaan jin dimana mereka berada dan juga senang melihat anaknya melakukan sesuatu yang aneh. Hal yang demikian ini benarkah Allah melebihkan kepada hamba-hambanya yang tertentu?
Allah menciptakan seluruh manusia dimuka bumi ini pada dasarnya sama dan tugasnya yaitu untuk beribadah, sebagaimana Allah SWT, berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”(QS. Adz-Dzariyat, 51/56)
Sedangkan yang membedakan antara satu dengan yang lainnya disisi Allah hanyalah tingkat ketaqwaan mereka, Allah SWT, berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.(QS. Al-Hujurat, 49/13)
Ayat tersebut jelaslah bagi kita bahwa hamba Allah yang mendapatkan kemuliaan adalah bagi orang-orang yang benar-benar istiqamah, patuh, taat terhadap apa yang Allah perintahkan dan menjahui apa saja yang Allah larang. Inilah yang disebut dengan yang paling mulia disisi Allah yaitu orang yang paling taqwa.
Sedangkan perihal anak yang bisa melihat makhluq ghaib dari kalangan jin lantas kemudian dia dikatakan memiliki kelebihan yang luar biasa, justru itu bertentangan dengan firman Allah SWT:
إِنَّهُۥ يَرَىٰكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُۥ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ ۗ
“…Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka…”(QS. Al-‘Araf, 7/27)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa manusia sama sekali tidak memiliki kekuatan bahkan kelebihan untuk bisa melihat alam ghaib dari kalangan jin. Kecuali Allah melebihkan dan memberikan mu’jizat kepada Nabi Sulaiman untuk mampu menguasai jin, seperti dalam firman-Nya:
وَوَرِثَ سُلَيْمَٰنُ دَاوُۥدَ ۖ وَقَالَ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ عُلِّمْنَا مَنطِقَ ٱلطَّيْرِ وَأُوتِينَا مِن كُلِّ شَىْءٍ ۖ إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ ٱلْفَضْلُ ٱلْمُبِينُ، وَحُشِرَ لِسُلَيْمَٰنَ جُنُودُهُۥ مِنَ ٱلْجِنِّ وَٱلْإِنسِ وَٱلطَّيْرِ فَهُمْ يُوزَعُونَ
“Dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia berkata: “Hai Manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata”. Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan).(QS. An-Naml, 27/16-17)
Demikian juga Rasulullah Saw, pada saat sedang siap berdiri untuk menunaikan shalat lalu diganggu oleh jin ifrit dan Allah memberikan kemampuan untuk memegangnya dan sudah siap untuk mengikatnya di salah satu tiang masjid sehingga pagi harinya orang-orang bisa melihatnya lantas kemudian beliau melepaskannya dikarenakan teringat terhadap do’a saudaranya Nabi Sulaiman seperti tersebut diatas. (Kisah ini diabadikan dalam hadits yang dikisahkan dari Abu Ad-Darda’ dan diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari: 461 dan Muslim: 541). Maka jelaslah bahwa seorang anak atau siapapun, tidak akan bisa memiliki kelebihan untuk mampu melihat makhluk ghaib dari kalangan jin. Tetapi seandainya ada anak atau siapapun yang bisa melihat alam ghaib dari kalangan jin tentunya orang tersebut dalam dirinya ada jinnya atau memiliki wirid-wirid atau jimat-jimat untuk bisa melihat atau mendatangkan jin. Wallahu ‘alam
Muhammad Basir, M.Th.I
Anggota Majelis Dikdasmen PDM Sidoarjo
Leave us a Reply