
“Bangunlah jiwanya bangunlah badannya untuk Indonesia Raya”. Sepenggal lirik lagu Indonesia Raya yang di dalamnya menyerukan untuk membangun jiwa dan badan. Tertulis dalam lagu Indonesia Raya yaitu membangun jiwanya kemudian membangun badan atau raganya. Makna tersebut memberikan pelajaran bagi kita semua bahwasanya yang dibangun terlebih dahulu dan utama adalah jiwa, jiwa bangsa Indonesia yang letaknya ada dalam diri kita.
Jiwa dan raga memiliki hubungan yang erat. Pengaruh jiwa terhadap raga tidak dipaksakan, kapanpun jiwa ingin menggerakkan raga, maka raga akan menaatinya. Hal ini memberikan rekomendasi dalam pengembangan kurikulum pendidikan hendaknya meletakkan pendidikan jiwa menjadi tumpuan utamanya.
Membangun jiwa inilah yang pertama dan diutamakan, dan sangat sukar untuk dibangun karena untuk membangunnya ada pada setiap diri kita. Membangun jiwa bangsa yang paling utama melalui program diri kemudian didukung oleh program yang dibuat pemerintah. Menanamkan jiwa kebangsaan, cinta tanah air Indonesia dan memahami makna nilai-nilai Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 dan Bhinneka Tungal Ika merupakan program yang diwujudkan melalui diri kita sendiri. Kemudian bila itu telah kita bangun maka nantinya akan mempengaruhi cara berpikir dan cara bertindak kita untuk turut mewujudkan tujuan Negara Indonesia.
Tentu kita pasti ingat dengan ungkapan “Mens sana in corpore sano”, yang berarti di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Begitulah pentingnya membangun jiwa yang kuat berbalut tubuh yang sehat. Dalam sebuah hadits dijelaskan, Abu Hurairah Radhiyallahu anhu berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allâh Azza wa Jalla daripada mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan (HR Muslim).
Perlu kita perhatikan bersama, Islam sangat peduli terhadap keadaan seorang mukmin. Tentu saja kuat di sini berarti terkait banyak hal, baik secara fisik maupun batin kita. Kita dituntut senantiasa memperkuat modal-modal dasar kita. Sehat dan kokoh secara fisik, kuat secara mental, mapan dengan modal harta benda, otak dan akal yang jernih serta berwawasan luas, dan terakhir tidak kalah berharganya memiliki jiwa yang berusaha disucikan yang selalu mendekatkan serta berzikir pada Allah Swt.
Di dalam Undang-Undang 1945 disebutkan di dalam pasal 31 ayat (3) yang berbunyi, “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang- undang.”
Begitu pun di dalam UU No. 20 tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional, bahwa fungsi dan tujuan pendidikan nasional adalah, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Dalam penerapan Kurikulum Merdeka terdapat kegiatan kokurikuler dengan istilah Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Salah satu tema dari P5 adalah Bangunlah Jiwa dan Raganya. Tema ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang mengajarkan kita untuk membangun jiwa raga murid-murid di sekolah. Banyaknya jam yang bisa diterapkan di sekolah membuat guru dan murid merdeka untuk berinovasi.
Membangun jiwa murid-murid, dilakukan melalui pembelajaran agama, praktek ibadah, penerapan teladan (pemberian contoh yang baik) dari guru-guru dengan perbuatan, perkataan dan tingkah laku. Membangun raganya, bisa melalui pembelajaran yang dilakukan dengan penerapan proyek. Guru bisa mengajak dan membimbing murid untuk membuat sesuatu yang bernilai manfaat dan juga ekonomis. Dengan mengajarkan berbagai keterampilan kepada murid, maka kita sudah membina raganya.
Murid bisa berkarya dengan bebas. Mengembangkan kreativitasnya melalui berbagai pelajaran yang berbasis proyek. Seperti membuat masakan khas daerah. Membuat kerajinan khas daerah. Menampilkan kesenian tradisional daerah dan lain-lain. Pembelajaran seperti ini merupakan penerapan dari visi SD Muhammadiyah 2 Sidoarjo yaitu terwujudnya generasi muslim yang berakhlak mulia, cerdas, kreatif, dan mandiri. (Nana).
Leave us a Reply